-->
KMkhBP3p2SpjrMWvpQu91TWJ0FfjbKUkdqnbWgeG
Bookmark
https://hostinger.co.id?REFERRALCODE=76MCITAANNEY

Sistem Rekrutmen

PEREKRUTAN



Peran utama perekrutan sumber daya manusia adalah membangun sebuah pasokan calon katyawan baru yang potensial yang sewaktu-waktu organisasi dapat menariknya jika membutuhkan. Bowin dan Harvey (2001) mendefinisikan rekrutmen sebagai proses untuk menemukan, menarik, dan mengidentifikasi pool calon karyawan yang berkualitas dalam jumlah yang memadai untuk mengisi angkatan kerja yang dibutuhkan saat ini dan di masa yang akan datang. 


Sumber perekrutan


Perekrutan calon karyawan dapat merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus dalam upaya perusahaan membangun suatu pool pelamar yang berkualitas bagi kebutuhan sumber daya manusia di masa mendatang,  walaupun tidak ada suatu lowongan yang bersifat khusus pada saat ini. Praktik ini juga memungkinkan perusahaan untuk memelihara kontak dengan sumber perekrutan/karyawan. Terdapat berbagai sumber karyawan yang umumnya dapat digunakan organisasi/perusahaan untuk melakukan perekrutan. Suatu organisasi dapat mengisi jabatan tertentu, baik dengan  orang yang ada di dalam organisasi yang telah siap untuk dipekerjakan,  ataupun orang yang berasal dari luar organisasi. Masing-masing sumber tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan.


Sumber Internal

Pada dasarnya, lowongan jabatan dapat diisi secara internal melalui tiga cara, yaitu 1) melalui transfer, yaitu mentransfer seorang karyawan dari satu jabatan ke jabatan lain yang serupa dalam satu perusahaan; 2) melalui promosi, yaitu mempromosikan seorang karyawan dari suatu jabatan yang lebih rendah ke jabatan yang lebih tinggi tingkatannya; dan 3) melalui peningkatan (upgrading), yaitu meningkatkan level pendidikan atau keahlian seorang karyawan yang pada saat ini memegang jabatan.

Suatu pendekatan untuk mengidentifikasi individu-individu yang cocok untuk promosi atau peningkatan adalah memanfaatkan inventori sumber daya manusia dari angkatan kerja yang ada. Organisasi meneliti inventori dari calon-calon yang berkualitas. Selanjutnya, calon-calon tersebut diminta untuk melamar posisi yang ditawarkan jika mereka tertarik.

Berkaitan dengan sumber karyawan internal ini, Byars dan Rue (1997) berpendapat, jika suatu organisasi dapat efektif dalam perekrutan dan seleksi karyawan di masa lalu, maka salah satu sumber bakat yang terbaik adalah karyawan yang dimilikinya (internal). Oleh karena itu, organisasi perlu membuat persediaan keahlian (skill inventory) untuk digunakan pada saat mengidentifikasi pelamar internal bagi suatu lowongan jabatan tertentu. Untuk membantu masalah persediaan keahlian ini, dapat digunakan suatu pendekatan yang disebut job posting and bidding. Pendekatan ini bersifat komputer yang mudah diakses oleh karyawan. Perangkat lunak komputer tersebut memungkinkan karyawan untuk menyesuaikan (to match) antara jabatan yang tersedia dengan keahlian dan pengalaman mereka. Perangkat lunak komputer tersebut, kemudian dapat menginformasikan di mana letak kesenjangan yang ada, sehingga karyawan mengetahui apa yang mereka perlukan jika mereka ingin berkompetisi untuk suatu jabatan tertentu. 

Di waktu yang lalu, job posting sedikit lebih tertinggal daripada penggunaan buletin dinding dan publikasi perusahaan untuk advertensi pembukaan jabatan. Saat ini job posting telah menjadi salah satu teknik perekrutan yang lebih inovatif, yang digunakan oleh organisasi dan dipandang sebagai suatu komponen yang terintegrasi dari sistem manajemen karier yang efektif (Ivancevich, 1992).  


Pekerja Sambilan (Part Time) dan Teman Karyawan 

Menurut Ivancevich (1992), pekerja sambilan ini dapat digunakan jika terdapat kekurangan pekerja dalam jangka pendek, atau jika tidak diperlukan pekerja dalam jumlah besar. Perusahaan dapat menawarkan pembayaran dengan berbagai macam tipe bonus pada pekerja sambilan tersebut di luar cara penggajian yang telah baku.

Selain pekerja sambilan, perusahaan dapat memanfaatkan teman karyawan. Sebelum mencari calon karyawan di luar, banyak organisasi meminta karyawan yang ada pada saat ini mendorong teman atau familinya melamar lowongan yang ditawarkan organisasi tersebut. Beberapa organisasi bahkan menawarkan “honor penemuan (finders fee)” dalam bentuk insentif bagi yang berhasil menyerahkan calon karyawan yang berkualitas.


Perekrutan Eksternal

Apabila organisasi telah kehabisan pasokan pelamar internalnya, maka harus beralih kepada sumber eksternal untuk melengkapi tenaga kerjanya. Banyak metode tersedia untuk perekrutan eksternal, di antaranya menurut Ivancevich, 1992 adalah melalui media advertensi, agen penempatan tenaga kerja, perusahaan pencari eksekutif, dan acara-acara khusus untuk perekrutan (special events recruiting).  


Media Advertensi

Organisasi memasang advertensi untuk mendapatkan calon karyawan baru. Berbagai media dapat digunakan dan yang paling umum adalah iklan lowongan pekerjaan melalui koran. Di samping itu, dapat juga digunakan publikasi bisnis dan profesional. Media lain adalah billboard, radio, telepon, TV dan sekarang banyak digunakan internet. Dalam pembuatan advertensi tentang rekrutmen, tempat yang paling baik untuk memulai adalah citra perusahaan. Sebagai contoh, General Mills menggunakan logo Trix Cereal-nya untuk menciptakan pengakuan seketika oleh para lulusan MBA. Namun demikian, menggunakan logo perusahaan semata-mata tidaklah cukup. Advertensi harus konsisten dengan citra perusahaan secara keseluruhan. Artinya, advertensi harus mencerminkan nilai perusahaan yang sedang mencari karyawan.

Suatu contoh inovatif untuk merekrut perawat telah digunakan dalam suatu advertensi (kampanye) Pusat Medis Rumah Sakit Anak di Cincinnati. Advertensi tersebut menarik kesadaran perawat akan kebanggaan terhadap diri dan profesi mereka. Advertensi tersebut dimuat dalam harian Cincinnati Engineer dengan judul utama, “Perawat adalah orang yang cerdas dan mereka tahu bagaimana membuat Anda menjadi lebih baik”, “Perawat adalah orang baik dan mereka tidak akan tertawa ketika Anda menangis” ditulis dengan tulisan tangan anak-anak dikombinasikan dengan lukisan tangan gambar perawat dan anak.

Advertensi pada kolom surat kabar (misal, iklan kecil) harus dipersiapkan secara hati-hati. Kehati-hatian tersebut misalnya dalam memilih media, mempelajari peraturan-peraturan tentang advertensi di media dan menganalisis dampaknya setelah pemuatan di media.

Suatu hal yang juga harus diperhatikan dalam memasang advertensi di surat kabar adalah, advertensi tidak boleh melanggar persyaratan tentang persamaan hak untuk memperoleh pekerjaan yang diindikasikan melalui preferensi terhadap suku bangsa tertentu, agama, pribumi, atau jenis kelamin.


Agen Penempatan Tenaga Kerja dan Perusahaan Pencari Eksekutif 

Walaupun memiliki tujuan yang sama, kedua istilah tersebut memiliki perbedaan dalam banyak hal penting. Perusahaan pencari eksekutif cenderung memusatkan usahanya pada posisi manajerial level atas dengan gaji di atas seratus juta rupiah per bulan, sedangkan agen terutama berurusan dengan manajemen level menengah atau bawah. Hampir semua perusahaan pencari eksekutif menerima fee, tidak peduli apakah usahanya berhasil atau tidak, sedangkan agen biasanya dibayar jika mereka secara nyata-nyata telah menyediakan calon karyawan yang akan diangkat. Terakhir, perusahaan pencari eksekutif pada umumnya memasang: tarif tinggi untuk jasanya. Salah satu alasannya adalah, karena perusahaan tersebut senantiasa ikut terlibat dalam usaha perekrutan sehingga dapat memelihara kepercayaan diri, baik organisasi yang merekrut maupun orang yang sedang direkrut.


Acara-acara Khusus untuk Perekrutan 

Jika pasokan karyawan tidak tersedia banyak atau jika organisasi adalah organisasi baru yang belum dikenal, beberapa organisasi telah berhasil menggunakan acara-acara khusus untuk menarik karyawan yang potensial. Acara-acara tersebut dapat berupa open house, mengunjungi Kantor Pusat yang diprogramkan, memberikan literatur, memanfatkan kesempatan pada saat pertemuan dengan para profesional. Pimpinan organisasi dapat juga mengadakan pidato/ceramah di pertemuan-pertemuan asosiasi atau sekolah-sekolah untuk meningkatkan citra organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil Ford mengadakan simposium di kampus-kampus dan memberikan sponsor acara-acara budaya untuk menarik perhatian terhadap kualifikasi karyawannya yang baik.

Salah satu pendekatan yang paling menarik dalam metode ini adalah menggelar apa yang dinamakan oleh Ivancevich sebagai job fairs dan native daughter and son days, yaitu sekelompok perusahaan yang memberikan sponsor pertemuan atau pameran (exhibition) di mana masing-masing perusahaan memiliki anjungan untuk mempublikasikan jabatan yang tersedia/lowong. Sementara ahli menyatakan bahwa metode ini dapat memangkas biaya perekrutan sekitar 80 persen. Acara-acara tersebut dapat diadakan pada hari libur agar dapat dihadiri oleh para mahasiswa.


Perekrutan Lewat Kampus 

Proses perekrutan lewat kampus ini sama dengan cara perekrutan lainnya. Dalam metode ini, suatu organisasi mengirim seorang karyawan (biasanya disebut perekrut) ke kampus untuk mewawancarai calon karyawan dan menjelaskan mengenai organisasi kepada para calon tersebut. Bersamaan dengan acara kunjungan tersebut, brosur dan literatur lain tentang organisasi dibagi-bagikan. Di samping itu, organisasi juga dapat mengadakan advertensi untuk menarik mahasiswa atau menyelenggarakan seminar di mana eksekutif perusahaan berbicara tentang berbagai hal yang dihadapi organisasi.

Ciri khas perekrutan di kampus adalah, pencari pekerjaan mendaftar di Pelayanan penempatan di kampus (college placement service). Pelayanan penempatan tersebut merupakan pasar tenaga kerja yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa dan manajer untuk bertemu dan mendiskusikan pengangkatan pegawai yang potensial. Selama musim perekrutan calon karyawan disarankan untuk melihat skedul pemuatan informasi melalui surat kabar mahasiswa, mailings, bulletin, dan sebagainya. Di tempat pelayanan penempatan, para calon menyiapkan diri untuk wawancara pendahuluan dengan para manajer dan menerima brosur serta literatur lainnya mengenai perusahaan. Setelah wawancara pendahuluan dan sebelum meninggalkan kampus, masing-masing perekrut mengundang para calon yang terpilih untuk melakukan kunjungan ketempat kerja pada tanggal yang ditentukan bersama. Kepada para calon yang berada pada urutan lebih rendah dari daftar calon yang terpilih, diberitahukan bahwa mereka akan dipertimbangkan dan dipanggil jika mahasiswa yang terpilih pada urutan di atasnya tidak menerima (menolak) pekerjaan yang telah ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Mahasiswa yang diundang ke tempat kerja banyak menerima informasi tentang jabatan dan bertemu dengan supervisor serta eksekutif yang cukup potensial. Para mahasiswa tersebut kemungkinan juga akan menerima serangkaian tes, untuk keperluan itu semua organisasi yang akan menanggung biayanya. Suatu tawar-menawar akan terjadi pada gaji dan kesejahteraan, tergantung pada pasar kerja pada saat itu. Selanjutnya, calon akan memutuskan untuk menerima atau menolak tawaran pekerjaan tersebut.


ANALISIS JABATAN


Analisis jabatan adalah suatu cara sistematis untik mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi mengenai tugas, pekerjaan, dan tanggung jawab dari suatu jabatan tertentu. Informasi pekerjaan tersebut dapat membedakan aktivitas dan perilaku pekerjaan, interaksi, standar kinerja, rencana anggaran, peralatan dan teknologi, kondisi pekerjaan, supervisi, serta pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan. Analisis jabatan merupakan hal yang mendasar dalam aktivitas manajemen sumber daya manusia. Tanpa data yang akurat dan rinci tentang profil dari masing-masing jabatan, jenis-jenis kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan, serta pengalaman, pendidikan dan pelatihan yang disyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut, maka perencanaan SDM akanmenjadi sulit. Dengan demikian, analisis jabatan merupakan proses yang sistematis untuk menggumpulkan, menganalisis, dan mengelolainformasi mengenai tugas dan pekerjaan, menentukan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas serta mengidentifikasi tugas dan pekerjaan yang dibutuhkan dalam satu jabatan. Selanjutnya, analisis jabatan yang baik akan menghasilkan deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan.

Analisis jabatan merupakan suau proses untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai informasi yang berhubungan dengan berbagai operasi dan kewajiban suatu jabatan. Dengand emikian analisis jabatan akan mencoba mengupas suatu jabatan dengan memberi jawaban atas suatu pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan, bagaimana menjalankannya, dan mengapa pekerjaan tersebut harus dilakukan. 


Jenis-jenis Analisis Jabatan

Analisis Jabatan Berbasis Tugas

Tugas merupakan kegiatan fisik atau mental yang membentuk langkah-langkah wajar yang diperlukan dalam pelaksanaanpekerjaan. Untuk pekerjaan yang tetap berdasarkan tugas, maka proses analisis jabatan dapat dilakukan sesuai standar yang telah ditetapkan. Analisis jabatan yang berdasarkan pada tugas akan lebih memperjelas apa yang dilakukan secara spesifik pada suatu pekerjaan. Selanjutnya dalam pengembangan deskripsi jabatan, tugas digunakan untuk mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan dan membuat daftar fungsi pekerjaan. 


Analisis Jabatan Berbasis Kompetensi

Kompetensi adalah karakteristik dasar yang daoat dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau tim. Beberapa alasan yang digunakan organisasi menggunakan pendekatan kompetensi untuk analisis jabatan:

Mengkomunikasikan perilaku yang utama dan dihargai ke seluruh organisasi

Meningkatkan tingkat kompetensi organisasi

Memfokuskan kemampuan individu untuk meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi

Dengan menggunakan pendekatan kompetensi, maka kompetensi-kompetensi yang diperlukan individu untuk melaksanakan pekerjaansebagai tim dapat diidentifikasi. Selain itu, kriteria seleksi aktivitas sumber daya manusia perlu direvisi untuk memfokuskan pada kebutuhan kompetensi yang berbeda untuk setiap pekerjaan. 



Metode Analisis Jabatan

Hasil dari analisis jabatan adalah deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan. Proses analisis jabatan sendiri sebenarnya merupakan suatu pengumpulan data. Beberapa metode yangd apat digunakan dalam analisis jabatan adalah:

Kuesioner

Menuliskan cerita singkat (written narrative)

Pengamatan (observasi)

Wawancara (interview)


Lebih lengkap mengenai analisis jabatan dapat Anda pelajari pada Modul 4.



Program pemberian penghargaan dan kompensasi karyawan

Byars dan Rue (1997) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prakondisi yang harus dipenuhi agar dapat mengimplementasikan program upah untuk kinerja (pay-for-performance program) secara berhasil, seperti:

1. percaya pada manajemen. Jika karyawan skeptis terhadap manajemen, maka akan sulit membuat program upah untuk kinerja dapat berjalan dengan baik. Unsur kepercayaan ini penting bagi keberhasilan pengimplementasian program upah untuk kinerja;

2. tidak adanya batasan kinerja. Oleh karena program upah untuk kinerja pada umumnya didasarkan pada kemampuan dan usaha karyawan, maka pekerjaan harus ditata (distruktur) sedemikian rupa sehingga kinerja karyawan tidak terhambat oleh faktor-faktor di luar kontrol mereka. Artinya, ketidakjelasan batasan-batasan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh karyawan akan menyulitkan karyawan mencapai kinerja yang dipersyaratkan; 

3. adanya supervisor dan manajer yang terlatih baik. Supervisor dan manajer harus terlatih baik dalam merancang dan mengukur standar kinerja. Tanpa adanya keahlian merancang standar dan pengukuran kinerja dengan baik, akan sulit memperoleh alat pengukur kinerja yang  dapat dipercaya dan valid;

4. adanya sistem pengukuran yang baik. Kinerja harus di dasarkan pada kriteria pekerjaan yang spesifik dan berfokus pada pencapaian hasil. Artinya, harus ada standar dan ukuran kinerja dengan baik, akan sulit melaksanakan program upah untuk kinerja secara adil;

5. kemampuan untuk membayar. Porsi balas jasa yang dikaitkan dengan kinerja harus cukup besar, sehingga dapat menarik perhatian karyawan. Artinya, jika karyawan melihat penambahan pendapatan tidak proporsional dengan kenaikan kinerja, maka mereka akan enggan meningkatkan kinerja secara signifikan;

6. harus jelas perbedaan antara biaya hidup, senioritas, dan merit. Dengan tidak adanya bukti yang kuat terhadap perbedaan tersebut, secara alamiah karyawan akan beranggapan bahwa kenaikan upah yang mereka terima adalah sebagai kenaikan biaya hidup atau karena semakin senior;

7. kebijaksanaan upah secara keseluruhan dikomunikasikan dengan baik. Karyawan harus memperoleh pemahaman yang jelas tentang sejauh mana kesesuaian antara upah berdasarkan jasa dengan gambaran upah secara keseluruhan;

8. harus ada skedul penghargaan yang fleksibel. Perusahaan akan lebih mudah untuk mengadakan program upah untuk kinerja yang dipercaya jika semua karyawan tidak menerima penyesuaian upah pada tanggal yang sama. Sebab dengan adanya penyesuaian upah pada tanggal yang sama, secara alamiah karyawan akan beranggapan bahwa perubahan upah yang mereka terima tidak berkaitan dengan kinerja mereka.


Mengaitkan Upah dan Kinerja

Berdasarkan beberapa hasil studi menunjukkan bahwa jika upah tergantung pada kinerja, maka kinerja individu maupun kelompok secara konsisten akan lebih tinggi dibanding jika tidak ada ketergantungan tersebut (Fisher, et al., 1990). Selanjutnya teori pengharapan (expectancy) Vroom menyatakan bahwa hubungan kinerja-upah adalah penting untuk memotivasi kinerja. Sebagaimana nampak pada Gambar 4, model pengharapan memiliki tiga komponen utama, yaitu:

a. pengharapan, yaitu persepsi individu mengenai kemungkinan bahwa usaha akan menuju kepada penyelesaian pekerjaan atau kinerja;

b. perantara (instrumentality), yaitu persepsi terhadap kemungkinan bahwa kinerja akan menghasilkan penerimaan penghargaan (misal upah atau penghargaan);

c. valensi, yaitu nilai subjektif atau keinginan bahwa karyawan menempatkan pada pencapaian penghargaan tertentu.



Beberapa teori yang berkaitan dengan sistem penghargaan efektif

Pemberian penghargaan dikatakan efektif jika karyawan melihat hubungan langsung antara kinerja dan pencapaian penghargaan yang diinginkan (Schuster, 1985). Artinya, untuk memberikan dasar motivasi karyawan organisasi tidak hanya mengadakan sistem penghargaan yang memadai, tetapi karyawan juga harus menyadari bahwa pencapaian penghargaan yang diinginkan akan mengalir secara langsung dari kinerja yang sukses. Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa teori perilaku, yaitu:


KEADILAN DALAM PENGUPAHAN

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada dasarnya sistem kompensasi tidak dapat ditetapkan secara absolut. Artinya, upah untuk masing-masing individu harus dibuat “relatif” dengan upah orang lain. Hal ini, di samping mudah dalam mengendalikannya, juga karena karyawan seringkali menilai upah yang mereka terima dikaitkan (dibandingkan) dengan upah yang diterima karyawan lain (Noe, et al., 2000). Mereka, pada umumnya, ingin diperlakukan secara adil di dalam pengupahan.


Teori Keadilan (Equity Theory)

Berbicara mengenai keadilan dalam pengupahan, kita dapat menggunakan teori keadilan (equity theory) untuk menjelaskannya. Keadilan adalah keseimbangan antara masukan (inputs) yang diberikan seorang karyawan ke dalam pekerjaan dan ke luaran (outcomes) yang diterima karyawan yang bersangkutan dari hasil melaksanakan pekerjaan (Fisher, et al., 1990). Faktor-faktor yang termasuk dalam masukan adalah faktor pengalaman, pendidikan, keahlian khusus, usaha, dan waktu untuk bekerja. Sedangkan ke luaran meliputi upah, tunjangan, keberhasilan, pengakuan/ penghargaan, dan berbagai bentuk penghargaan lain.

Teori keadilan menyatakan bahwa, karyawan akan menilai tentang keadaan keadilan yang ada pada diri mereka dan membandingkan kondisi mereka dengan orang lain. Teori keadilan juga menyatakan bahwa, individu akan selalu berbuat sesuatu untuk mencoba melepaskan tekanan yang diciptakan oleh suatu pandangan ketidakadilan. Sebagai contoh, seorang polisi yang merasa bahwa dia mengeluarkan usaha yang lebih banyak pada kegiatan-kegiatan yang mengandung risiko lebih besar dibanding (misalnya) yang dikeluarkan oleh petugas pemadam kebakaran, dalam suatu komunitas yang sama dan dengan tingkat pendapatan yang sama akan menebus ketidakadilan tersebut dalam beberapa tindakan, seperti (1) mengurangi input/usaha (misal, tidak bekerja keras); (2) meningkatkan pendapatan (misal, korupsi); dan (3) meninggalkan keadaan yang menyebabkan ketidakadilan (misal, ke luar dari organisasi atau menolak bekerja sama dengan karyawan yang dinilai memperoleh penghasilan yang berlebih). Secara matematis, teori keadilan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Fisher,et al.,1990).


Karyawan

Perbandingan dengan Orang Lain


Penghargaan yang saya peroleh (outcomes)

Kontribusi yang saya berikan (inputs)

=

Penghargaan yang diterima orang lain

Kontribusi yang diberikan orang lain


=

Adil 


Penghargaan yang saya peroleh (outcomes)

Kontribusi yang saya berikan (inputs)

<

Penghargaan yang diterima orang lain

Kontribusi yang diberikan orang lain


=

Tidak Adil

(di bawah penghargaan)


Tindakan untuk menebus ketidakadilan adalah:

1. Karyawan mengurangi input/usaha (misal, tidak bekerja keras) 

2. Karyawan berusaha meningkatkan pendapatan (misal, korupsi) 

3. Karyawan meninggalkan situasi yang menyebabkan ketidakadilan (misal, ke luar organisasi)


Penghargaan yang saya peroleh (outcomes)

Kontribusi yang saya berikan (inputs)

>

Penghargaan yang diterima orang lain

Kontribusi yang diberikan orang lain


=

Tidak Adil

(di atas penghargaan)


Tindakan untuk menebus ketidakadilan adalah:

1. Karyawan meningkatkan kontribusi (misal, bekerja keras atau bekerja lebih lama) 

2. Karyawan dapat meminta menurunkan upah

3. Karyawan dapat meningkatkan kontribusi lainnya, dan sebagainya.


Sumber: Fisher, et al., 1990.

Selanjutnya, Fisher et al. (1990), menjelaskan bahwa keadilan (dalam pengupahan) dibedakan dalam tiga jenis: keadilan internal, eksternal, dan individual. Keadilan internal mengacu pada hubungan antarjabatan di dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, pada umumnya karyawan berharap direktur perusahaan mendapat penghasilan lebih besar daripada wakil direktur. Selanjutnya, wakil direktur memperoleh gaji lebih besar dibanding manajer pabrik, dan seterusnya. Dalam keadilan internal ini diasumsikan bahwa, kompensasi berhubungan dengan level pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dipersyaratkan untuk melaksanakan jabatan dengan berhasil. Oleh karena itu, suatu hal yang tidak mengherankan ketika seseorang yang berada pada suatu struktur yang tinggi dalam organisasi memperoleh penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang berada pada level di bawahnya, karena mereka dituntut untuk memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang lebih tinggi. Dikatakan terdapat keadilan internal apabila perbedaan upah di antara jabatan di dalam organisasi dianggap fair. Karyawan, pada umumnya, akan membuat pembandingan upah dengan level jabatan yang lebih rendah, yang sama dan level yang lebih tinggi. Hasil dari pembandingan tersebut akan mempengaruhi sikap umum karyawan, seperti kesediaan dipindah ke jabatan lain di dalam organisasi; kesediaan menerima promosi; kesediaan bekerja sama lintas jabatan; dan komitmen terhadap organisasi.

Keadilan eksternal mengacu pada pembandingan pekerjaan-pekerjaan yang serupa di dalam organisasi yang berbeda. Fokusnya pada, apakah karyawan pada organisasi lain diupah untuk melakukan pekerjaan yang umumnya sama. Hasil dari pembandingan ini akan mempengaruhi keputusan pelamar untuk menerima pekerjaan yang ditawarkan organisasi, begitu pula akan mempengaruhi sikap dan keputusan karyawan tentang apakah akan tetap bekerja dalam suatu organisasi atau pindah ke tempat lain. Contoh keadilan eksternal ini, adalah upah yang diterima oleh direktur dari berbagai macam perusahaan listrik. Sedangkan keadilan individu mengacu pada pembandingan di antara individu dalam jabatan/pekerjaan yang sama dan dalam organisasi yang sama. Sebagai contoh, gaji untuk jabatan sekretaris dalam satu perusahaan. Setelah mengadakan pembandingan baik secara internal maupun eksternal, ditentukan (misalnya) gaji untuk semua sekretaris dalam suatu perusahaan antara Rp1.200.000,- dan Rp1.600.000,- per bulan. Pada umumnya, yang menjadi masalah pada keadilan internal adalah menentukan tingkat upah masing-masing sekretaris. Apakah didasarkan pada senioritas atau pada kinerja. Kalau didasarkan pada senioritas, nilai-nilai apa apa yang menjadi dasar pertimbangan pada setiap tambahan tahun pengabdian. Sebaliknya, kalau didasarkan pada kinerja bagaimana mengukur kinerja. Bagaimana menerjemahkan perbedaan kinerja ke dalam perbedaan.


Posting Komentar

Posting Komentar

Posting Komentar