-->
KMkhBP3p2SpjrMWvpQu91TWJ0FfjbKUkdqnbWgeG
Bookmark
https://hostinger.co.id?REFERRALCODE=76MCITAANNEY

Industri Batik di Pekanbaru

Potensi Industri Batik Riau di Kota Pekanbaru 


Secara ekonomi cukup memberikan pendapatan kepada Kota Pekanbaru.  Industri batik Riau diharapkan dapat menopang kreatifitas kerajinan dalam industri tekstil dan sejenisnya. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki seni dan motif batiknya sendiri, tak terkecuali Riau yang mempunyai ciri khas Batik Tabir Riau meski demikian tak banyak orang yang mengetahui keberadaan batik Riau, hal ini karena kurangnya promosi dan pemasaran dari pengrajin batik Riau. Produksi batik yang cenderung mengikuti selera konsumen menyebabkan Batik Riau ini memiliki motif yang beragam, sehingga menarik untuk dilirik oleh masyarakat baik dalam kota Pekanbaru maupun luar kota Pekanbaru. Hal ini membuat motif batik Melayu Riau menjadi unik dan berpeluang besar memperluas pemasaran karena bisa mengikuti permintaan pasar. Akan tetapi pembuatan batik secara tradisional yang bertopang pada pengusaha - pengusaha kecil masih dipertahankan sebagai usaha utama pada sebagian besar masyarakat karena harga jual produksinya yang sangat tinggi, serta untuk menjaga kelestarian budaya batik Indonesia yang bercorak budaya khas Melayu Riau.
Salah satu pengusaha batik Riau yang saat ini tengah mengembangkan usahanya adalah Rumah Kreatif Cempaka yang berusaha untuk melakukan berbagai inovasi agar batik Riau semakin dikenal dan diminati masyarakat luas. Inovasi yang dilakukan dimulai dari kebutuhan pasar atau keinginan konsumen yaitu mengenai motif-motif apa saja yang disukai konsumen. Selanjutnya, Rumah Kreatif Cempaka melakukan penelitian dan pengembangan untuk menuangkan ide motif dari pasar tersebut kedalam gambar batik, termasuk kombinasi warna yang sesuai. Setelah motif, warna, dan cara produksi ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan produksi tersebut dan dijual kepada konsumen. Langkah inovasi yang dimulai dari keinginan pasar ini dipilih agar Rumah Kreatif Cempaka mampu bersaing, tidak hanya dengan pesaing-pesaing dari dalam negeri saja, namun juga dengan pesaing dari luar negeri seperti Malaysia. Industri ini sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut terkait dengan trend penggunaan batik yang semakin diminati dalam berbagai produk masa kini. 
Pertanyaan: 

Berdasarkan artikel Batik Riau diatas, jawablah pertanyaan berikut:

  • Jelaskan model inovasi yang  manakah diterapkan Batik Riau tersebut, berdasarkan model  model inovasi menurut Trott (2008)!
  • Menurut Schroeder (2000), terdapat tiga macam strategi yang dapat di gunakan untuk mengenalkan produk baru ke pasar. 
  • Berdasarkan artikel Batik Riau diatas, strategi manakah yang tepat untuk diterapkan!
  • Penentuan produk perlu memperhatikan pula analisis nilai, apakah produk tersebut yang akan dijual dapat memberikan nilai tidak hanya bagi pelanggan tetapi juga bagi perusahaan. Jelaskan pernyataan diatas!




Jawaban

1. Model-model inovasi terdiri atas model kebetulan, model linear, model rangkaian simultan, dan model interaktif (Trott, 2008).
a. Model ’Kebetulan’
Beberapa studi mengenai inovasi banyak memberikan penekanan pada penemuan yang tidak terduga. Hal inilah yang disebut sebagai suatu kebetulan, yang terjadi pula karena adanya unsur keberuntungan.
b. Model Linear
Model ini mulai digunakan di Amerika Serikat setelah Perang Dunia ke-2 yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan inovasi.Model ini menyatakan bahwa inovasi muncul melalui interaksi dasar ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, dan kebutuhan akan pasar dan hubungan tersebut terus bergerak maju.


c. Model Rangkaian Simultan
Model-model inovasi yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan model yang terjadi karena adanya stimulasi oleh teknologi, keinginan konsumen, pabrikan, maupun faktor-faktor lain, termasuk persaingan. Model-model tersebut memfokuskan pada apa saja upaya-upaya dari bawah yang mengarahkan terjadinya inovasi, bukan pada bagaimana inovasi tersebut muncul. Model linear hanya mampu memberikan penjelasan tentang di mana stimulus awal inovasi lahir termasuk di mana pemicu ide-ide tersebut lahir. Model rangkaian simultan menyatakan bahwa inovasi merupakan rangkaian simultan pengetahuan di dalam tiga fungsi yang akan membangun dan membesarkan inovasi.  
d. Model Interaktif
Model interaktif merupakan model yang mengembangkan model-model sebelumnya dan merangkaikan secara bersama-sama model dorongan teknologi dan tarikan pasar. Model ini menekankan bahwa inovasi muncul sebagai hasil interaksi pasar, dasar ilmu pengetahuan, dan kemampuan organisasi. Seperti pada model rangkaian simultan, model ini tidak menunjukkan dengan jelas kapan mulai adanya inovasi. Aliran informasi digunakan untuk menjelaskan bagaimana inovasi terjadi dan bagaimana inovasi dapat muncul dari berbagai macam sudut.  

Kesimpulan : 
Dari ke empat (4) Mode Inovasi  yang sesuai dengan bacaan Industri Batik Riau di Kota Pekanbaru diatas adalah Model Interaktif. Karena ;

- Model interaktif merupakan model yang mengembangkan model-model sebelumnya 
(Produksi batik yang cenderung mengikuti selera konsumen menyebabkan Batik Riau ini memiliki motif yang beragam, sehingga menarik untuk dilirik oleh masyarakat baik dalam kota Pekanbaru maupun luar kota Pekanbaru.)

- Model ini menekankan bahwa inovasi muncul sebagai hasil interaksi pasar, dasar ilmu pengetahuan, dan kemampuan organisasi. 
(melakukan produksi tersebut dan dijual kepada konsumen. Langkah inovasi yang dimulai dari keinginan pasar ini dipilih agar Rumah Kreatif Cempaka mampu bersaing, tidak hanya dengan pesaing-pesaing dari dalam negeri saja, namun juga dengan pesaing dari luar negeri seperti Malaysia. Industri ini sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut terkait dengan trend penggunaan batik yang semakin diminati dalam berbagai produk masa kini.) 
Sumber : BMP EKMA4473 edisi 1  halaman 1.6 Poin C TIPE DAN MODEL INOVASI 


Terdapat tiga macam strategi yang dapat digunakan untuk mengenalkan produk baru ke pasar menurut Schroeder (2000) yaitu; 
a. Tarikan Pasar
Pandangan ini menyatakan bahwa pasar merupakan dasar untuk menentukan produk yang harus dibuat oleh produsen dengan bantuan teknologi yang ada saat ini.Artinya, pasarlah yang ’menarik’ perusahaan untuk membuat produk baru.

b. Dorongan teknologi
Teknologi merupakan penentu utama produk yang harus dibuat perusahaan dan sedikit memperhatikan pasar. Perusahaan harus mengejar keuntungan dari teknologi dengan mengembang-kan teknologi dan produk superior. Produk hasil perkembangan teknologi tersebut selanjutnya ’didorong’ ke pasar dan tugas bagian pemasaranlah untuk menciptakan permintaan produk tersebut. Suatu produk yang memiliki teknologi yang canggih, maka pasar akan berusaha memanfaatkan teknologi baru tersebut sehingga konsumen akan membeli produk tersebut.

c. pandangan interfungsional 
Penggabungan dua pandangan sebelumnya, yaitu bahwa suatu produk hendaknya tidak hanya menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, tetapi juga manfaat teknis yang diperoleh. Untuk melaksanakan, semua fungsi dalam organisasi (pemasaran, teknik, operasi, dan keuangan) harus bekerja sama untuk mendesain produk baru yang dibutuhkan perusahaan.

Kesimpulan :
Berdasarkan artikel Batik Riau diatas, maka  strategi yang digunakan untuk mengenalkan produk baru e pasar adalah Strategi Tarikan Pasar. Pasar merupakan dasar untuk menentukan produk yang harus dibuat oleh produsen dengan bantuan teknologi yang ada saat ini. ( Riau diharapkan dapat menopang kreatifitas kerajinan dalam industri tekstil dan sejenisnya. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki seni dan motif batiknya sendiri, tak terkecuali Riau yang mempunyai ciri khas Batik Tabir Riau meski demikian tak banyak orang yang mengetahui keberadaan batik Riau, hal ini karena kurangnya promosi dan pemasaran dari pengrajin batik Riau. Produksi batik yang cenderung mengikuti selera konsumen menyebabkan Batik Riau ini memiliki motif yang beragam, sehingga menarik untuk dilirik oleh masyarakat baik dalam kota Pekanbaru maupun luar kota Pek

Sumber ; BMP EKMA 4473 Poin A Halaman 1.20


Analisis Nilai 
Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi strategi yang mungkin dilakukan untuk setiap produk. Hal ini meliputi penambahan arus kas (misalnya peningkatan kontribusi melalui peningkatan harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan penetrasi pasar (melalui peningkatan kualitas dan/atau mengurangi biaya atau harga), atau mengurangi biaya (melalui perbaikan proses produksi). Laporan analisis nilai produk juga memberikan informasi bagi manajemen, produk mana yang harus dihilangkan dan produk mana yang gagal sehingga tidak membolehkan adanya investasi pada penelitian dan pengembangan atau modal. Laporan analisis nilai produk memfokuskan perhatian manajemen pada arahan strategi untuk setiap produk.


Design for Manufacturing (DFM) merupakan suatu pendekatan yang terdiri dari dua hal, yaitu (1) simplifikasi produk dan (2) manufacturing multi produk dengan menggunakan peralatan, proses, dan modul yang sudah ada. Pada pendekatan ini ditekankan pula adanya analisis nilai. Nilai merupakan rasio kegunaan dibandingkan biaya. Penentuan produk perlu memperhatikan pula analisis nilai, apakah produk yang akan dijual dapat memberikan nilai tidak hanya bagi pelanggan, tetapi juga bagi perusahaan.


Sumber BMP EKMA 4473 Halaman 2.9 Poin C Analisis Produk Berdasarkan Nilai 
Posting Komentar

Posting Komentar

Posting Komentar